UJI BIURET SAMPEL PUPUK
Nama :
Reynaldi
NIS :
124877
Kelas/ Kelompok : 3A/ A.2.2
Tanggal Mulai : 24 Maret 2015
Tanggal Selesai : 24 Maret 2015
Judul Penetapan : Uji Biuret Sampel Pupuk (Urea, NPK,
ZA)
Tujuan Penetapan :
Untuk mengetahui apakah sampel pupuk
ZA, NPK, dan urea mengandung protein
Dasar Prinsip :
2 molekul urea pada
suhu tinggi bergabung atau berpolimerisasi membentuk senyawa biuret.
Keberadaannya dapat diketahui dari reaksi biuret dengan garam tembaga kompleks
membentuk kompleks yang berwarna lembayung.
Reaksi :
Landasan Teori :
“UJI BIURET”
Uji biuret digunakan untuk
menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan
peptida mengindikasikan adanya protein, karena asam amino berikatan
dengan asam amino yang lain melalui ikatan peptida membentuk protein. Ikatan
peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom karbon dari gugus karboksil
suatu molekul berikatan dengan atom nitrogen dari gugus amina molekul lain.
Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi
kondensasi. Dengan adanya dua molekul asam amino yang berikatan
dengan ikatan peptida dan membentuk molekul protein. Ikatan peptida tersebut
yang akan bereaksi dengan reagen biuret menghasilkan perubahan warna. Reaksi
positif uji biuret ditunjukkan dengan munculnya warna ungu atau merah muda
akibat adanya persenyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan
peptida dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptida (banyak asam amino yang
berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan peptida (sedikit
asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna merah muda.
"PUPUK UREA"
Sekitar 90% urea industri digunakan sebagai pupuk kimia.
Urea dalam bentuk butiran curah (prill) digunakan dalam pertaniansebagai pupuk kimia pemasok
unsur nitrogen. Di tanah, urea akan terhidrolisis dan melepaskan ion amonium. Kandungan N pada
urea adalah 46%, tetapi yang tergunakan oleh tanaman biasanya separuhnya.
Karena penting dalam pembangunan pertanian, pupuk urea
seringkali disubsidi oleh pemerintah suatu negara, termasuk Indonesia. Di pasaran
Indonesia, pupuk urea dipasarkan dalam dua bentuk: bersubsidi (berwarna
merah muda, digunakan untuk bantuan pembangunan) dan tidak bersubsidi (berwarna
putih, untuk dipasarkan secara komersial).
Pupuk urea dihasilkan sebagai produk samping pengolahan gas alam atau
pembakaran batu bara. Karbon dioksida yang dihasilkan dari
kegiatan industri tersebut lalu dicampur dengan amonia melalui proses
Bosch-Meiser. Dalam suhu rendah, amonia cair dicampur dengan es kering
(karbondioksida) menghasilkan amonium karbamat. Selanjutnya,
amonium karbamat dicampur dengan air ditambah energi untuk menghasilkan urea
dan air.
“PUPUK ZA”
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang mengandung amonium
sulfat yang
dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogendan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari
istilah bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak.
Wujud pupuk ini
butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah.
Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk
urea. Karena ion sulfat sangat mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah,
pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya sehingga
hanya cocok digunakan pada tanah
alkalin. Dibandingkan pupuk lain, seperti amonium
nitrat dan urea,
pupuk ini mengandung lebih sedikit kadar nitrogen sehingga meningkatkan biaya
pemupukan per massa nitrogen yang diberikan pada usaha pertanian,
tetapi memberi keuntungan masuknya hara utama lainnya, belerang. Dalam budidaya tebu,
ZA adalah pupuk yang wajib diberikan karena tidak memberi efek penurunan kadar gula(rendemen),
berbeda dari pemberian urea saja.
Pupuk ini bersama
dengan pupuk berbahan dasar amonia lainnya telah dilarang penggunaannya di
Pakistan dan Afghanistan karena mampu digunakan sebagai bahan pembuat bahan peledak.
Pupuk N P K
Pupuk NPK
adalah termasuk jenis pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur hara yaitu N P
dan K. NPK adalah kepanjangan dari N untuk Nitrogen, P untuk Phosfat dan K
untuk Kalium. Banyak produsen pupuk yang memproduksi pupuk NPK dengan berbagai
komposisi seperti Pupuk NPK Kujang dengan Komposisi 30:6:8
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".
Dan jika komposisi yang tertulis dalam kemasan pupuk NPK adalah, 16:17:18, maka dalam 100Kg Pupuk NPK tersebut mengandung 16 Kg "N", 17 Kg "P", dan 18 Kg "K". dan seterusnya. kita para petani hanya tinggal menghitungnya saja dan di sesuaikan dengan kebutuhan tanaman kita.
Begitu juga dengan komposisi formulasi yang lain seperti NPK 15:15:15 ataupun 10:20:20, dan lain-lain. Namun agak sedikit berbeda dengan komposisi yang di miliki NPK Phonska, karna NPK Phonska menambahkan Unsur "S"(Sulfur) di dalam produknya dengan komposisi 15:15:15:10, dengan tambahan 10% "S" dalam kemasaannya.
Pupuk NPK menjadi pilihan alternatif para petani karena kandungan hara yang ada di dalamnya rata-rata telah sesuai dengan kebutuhan hara tanaman di wilayah indonesia. Selain itu dengan pupuk majemuk NPK para petani tidak repot mencampur beberapa jenis pupuk sebelum melakukan pemupukan.
Meski pupuk NPK mengandung hara yang cukup dengan komposisinya, namun para petani terkadang miliki dosis yang berbeda dengan komposisi yang telah di sediakan oleh para produsen pupuk, sehingga pupuk tunggal masih sangat di perlukan keberadaanya.
memang tidak semua wilayah bisa di cukupi dengan komposisi NPK yang telah di sediakan, karna banyaknya metode pola tanam yang membutuhkan dosis dan komposisi pupuk yang berbeda seperti perbedaan lahan, varietas, jarak tanam dll.
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".
Dan jika komposisi yang tertulis dalam kemasan pupuk NPK adalah, 16:17:18, maka dalam 100Kg Pupuk NPK tersebut mengandung 16 Kg "N", 17 Kg "P", dan 18 Kg "K". dan seterusnya. kita para petani hanya tinggal menghitungnya saja dan di sesuaikan dengan kebutuhan tanaman kita.
Begitu juga dengan komposisi formulasi yang lain seperti NPK 15:15:15 ataupun 10:20:20, dan lain-lain. Namun agak sedikit berbeda dengan komposisi yang di miliki NPK Phonska, karna NPK Phonska menambahkan Unsur "S"(Sulfur) di dalam produknya dengan komposisi 15:15:15:10, dengan tambahan 10% "S" dalam kemasaannya.
Pupuk NPK menjadi pilihan alternatif para petani karena kandungan hara yang ada di dalamnya rata-rata telah sesuai dengan kebutuhan hara tanaman di wilayah indonesia. Selain itu dengan pupuk majemuk NPK para petani tidak repot mencampur beberapa jenis pupuk sebelum melakukan pemupukan.
Meski pupuk NPK mengandung hara yang cukup dengan komposisinya, namun para petani terkadang miliki dosis yang berbeda dengan komposisi yang telah di sediakan oleh para produsen pupuk, sehingga pupuk tunggal masih sangat di perlukan keberadaanya.
memang tidak semua wilayah bisa di cukupi dengan komposisi NPK yang telah di sediakan, karna banyaknya metode pola tanam yang membutuhkan dosis dan komposisi pupuk yang berbeda seperti perbedaan lahan, varietas, jarak tanam dll.
Alat dan Bahan :
Alat
1. Tabung Reaksi
2. Spatula
3. Gelas piala
4. Pipet tetes
Bahan
1. Air
( Aquadest )
2. Alkohol
3. CuSO4
1%
4. NaOH
30%
Cara Kerja :
1.
Dilarutkan sedikit contoh
kedalam tabung reaksi dengan air dan alkohol
2.
Dibubuhi beberaa tetes
larutan CuSO4 1% dan NaOH 30%
3.
Dibandingkan dengan standar
( CuSO4 1% + NaOH 30% + air + alkohol)
4.
Diamati warna larutan ( bila
terbentuk warna lembayung maka biuret/protein (+) dan jika sebaliknya maka
protein (-)).
Pengamatan :
·
Pupuk
ZA : (+) protein
·
Pupuk
Urea : (+) protein
·
Pupuk
NPK : (-) protein
Kesimpulan :
Dari
hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa sampel pupuk ZA dan urea positif
mengandung protein sedangkan sampel pupuk NPK tidak mengandung protein/ (-)
mengandung protein.
Daftar Pustaka :
http://petani-kecil.blogspot.com/2013/06/pupuk-n-p-k.html
https://nursyamsuduha.wordpress.com/2014/04/02/uji-biuret-pada-pupuk-urea/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar