Senin, 06 April 2015

PENETAPAN KADAR AIR PADA SAMPEL PUPUK

PENETAPAN KADAR AIR PADA SAMPEL PUPUK
Nama                         : Reynaldi
NIS                            : 124877
Kelas/ Kelompok         : 3A/ A.2.2
Tanggal Mulai             : 24 Maret 2015
Tanggal Selesai          : 24 Maret 2015
Judul Penetapan         : Penetapan Kadar Air dalam Sampel Pupuk (Urea, NPK, ZA)
Tujuan Penetapan       : Untuk mengetahui kadar air dalam sampel pupuk (urea, NPK, ZA)
Dasar Prinsip              :
Prinsip dari metode oven pengering  adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air.

Landasan Teori           :
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring diabaikannya dalam pembahasan mengenai gizi. Air digunakan dalam jumlah yang lebih besar, baik dalam pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan dengan zat gizi lainnya. Didasarkan pada seluruh bobot tubuh, hampir 60 hingga 70 persen tubuh manusia terdiri dari air, jumlah yang tepat tergantung dari faktor seperti usia, kelamin, keadaan kesehatan dan kegiatan fisik (Suhardjo dkk, 1977).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110°C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan (Winarno,2004).

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu, menggunakan metode distilasi dengan pelarut tertentu, selain itu untuk bahan yang mengandung kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula. Disamping cara fisik, ada pula cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asitilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dalam bahan yang akan diperiksa, cara bahan ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, kulit, buuk biji panili, mentega dan sari buah (Winarno, 2004).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan bahan kering (dry basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air secara dry basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya.Bahan kering adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan mentah (Anonim,2009).
Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya tergantung pada sifat bahan. Seperti misalnya:
1.            Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu rendah.
2.            Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada berat jenis air.
3.            Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer.

Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen.Kadar air juga merupakan satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa pada bahan pangan.Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut (Sandjaja 2009).

Penentuan Kadar Air
Penentuan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, dilakukan pemanasan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah.(Winarno.1992).
Kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain :
1.    Metode pengeringan
2.    Metode destilasi
3.    Metode kimiawi
4.    Metode fisis
Dalam percobaan kali ini yang metode yang digunakan dalam melakukan proses penetapan kadar air menggunkan cara pengeringan dengan metode oven biasa.
Penentuan kadar air dengan cara pengeringan prinsipnya yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan.Cara ini relatif mudah dan murah.
Kelemahan cara ini adalah :
• Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.
• Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi.
• Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan.
Dalam melakukan proses pengeringan untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan, maka dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya (Sudarmadji 2003).

Metode Oven Biasa
Metode oven biasa yang digunakan merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu.Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung.Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).

Pupuk N P K

Pupuk NPK adalah termasuk jenis pupuk majemuk yang mengandung tiga unsur hara yaitu N P dan K. NPK adalah kepanjangan dari N untuk Nitrogen, P untuk Phosfat dan K untuk Kalium. Banyak produsen pupuk yang memproduksi pupuk NPK dengan berbagai komposisi seperti Pupuk NPK Kujang dengan Komposisi 30:6:8
yang artinya di dalam kemasan pupuk NPK kujang mengandung 30% N, 6% P dan 8% K dan jika kita konversikan ke dalam kilogram, maka di dalam 100 Kg pupuk NPK Kujang terdapat 30 Kg "N", 6 Kg "P", dan 8 Kg "K".

Dan jika komposisi yang tertulis dalam kemasan pupuk NPK adalah, 16:17:18, maka dalam 100Kg Pupuk NPK tersebut mengandung 16 Kg "N", 17 Kg "P", dan 18 Kg "K". dan seterusnya. kita para petani hanya tinggal menghitungnya saja dan di sesuaikan dengan kebutuhan tanaman kita.

Begitu juga dengan komposisi formulasi yang lain seperti NPK 15:15:15 ataupun 10:20:20, dan lain-lain. Namun agak sedikit berbeda dengan komposisi yang di miliki NPK Phonska, karna NPK Phonska menambahkan Unsur "S"(Sulfur) di dalam produknya dengan komposisi 15:15:15:10, dengan tambahan 10% "S" dalam kemasaannya.

Pupuk NPK menjadi pilihan alternatif para petani karena kandungan hara yang ada di dalamnya rata-rata telah sesuai dengan kebutuhan hara tanaman di wilayah indonesia. Selain itu dengan pupuk majemuk NPK para petani tidak repot mencampur  beberapa jenis pupuk sebelum melakukan pemupukan.

Meski pupuk NPK mengandung hara yang cukup dengan komposisinya, namun para petani terkadang miliki dosis yang berbeda dengan komposisi yang telah di sediakan oleh para produsen pupuk, sehingga pupuk tunggal masih sangat di perlukan keberadaanya.

memang tidak semua wilayah bisa di cukupi dengan komposisi NPK yang telah di sediakan, karna banyaknya metode pola tanam yang membutuhkan dosis dan komposisi pupuk yang berbeda seperti perbedaan lahan, varietas, jarak tanam dll.

PUPUK UREA
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbonhidrogenoksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO.
Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resinisoureacarbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYbW3gOfzVCGxb_ylgr6C_xddJK0OTa4a-eGjLD-inRQROXevF0ozErbG9xzlG7LaURw-Wequ-0RuH_0AdLOZfi9NXe-APFDj0NXoVLsTODzmMgZDLI3bwUlFoN5MkLVAShw_pIkXXn8Q/s1600/Urea_Synthesis_Woehler.png


PUPUK ZA
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah bahasa Belandazwavelzure ammoniak, yang berarti amonium sulfat (NH4SO4).
Wujud pupuk ini butiran kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah. Pupuk ini higroskopis (mudah menyerap air) walaupun tidak sekuat pupuk urea. Karena ion sulfat sangat mudah larut dalam air sedangkan ion amonium lebih lemah, pupuk ini berpotensi menurunkan pH tanah yang terkena aplikasinya sehingga hanya cocok digunakan padatanah alkalin. Dibandingkan pupuk lain (misal amonium nitrat), pupuk ini mengandung lebih sedikit kadar nitrogen sehingga mampu meningkatkan biaya pemupukan per massa nitrogen yang diberikan pada usaha pertanian
Pupuk ini bersama dengan pupuk berbahan dasar amonia lainnya telah dilarang penggunaannya di Pakistan dan Afghanistan karena mampu digunakan sebagai bahan pembuat bahan peledak.

Alat dan Bahan           :
Alat:
o   Cawan porselin
o   Spatula
o   Eksikator
o   Oven
o   Neraca digital
o   Gegep 

Bahan:
o   Pupuk NPK
o   Pupuk Urea
o   Pupuk ZA

Cara kerja                              :
1.    Memijarkan cawan ditanur,dinginkan dalam eksikator 
2.    Menimbang bobot cawan kosong 
3.    Menimbang contoh 3 gram
4.    Memasukkan dalam oven  
5.    Mendinginkan dalam eksikator
6.    Menimbang bobot cawan yang sudah didinginkan

Pengamatan                           :
1.    Pupuk Urea
Bobot petridish kosong                                                  =          35,7299 g
Bobot petridish + sampel (sebelum pengeringan)         =          38,7744 g
Bobot petridish + sampel (setelah pengeringan)           =          38,7612 g

2.    Pupuk ZA
Bobot petridish kosong                                                  =          40,1242 g
Bobot petridish + sampel (sebelum pengeringan)         =          43, 1336 g
Bobot petridish + sampel (setelah pengeringan)           =          43, 0942 g
3.    Pupuk NPK
Bobot petridish kosong                                                  =          38, 2883 g
Bobot petridish + sampel (sebelum pengeringan)         =          41, 2963 g
Bobot petridish + sampel (setelah pengeringan)           =          41, 0793 g

Perhitungan                             :
Urea
% air = ((b – c)/ (b-a)) * 100 %
        = ((38,7744 – 38,7612)/ (38,7744 – 35,7299) * 100 %
        = 0,43 %
ZA
% air = ((b – c)/ (b-a)) * 100 %
         = ((43,1336 – 43,0942) / (43,1336 – 40,1242)) * 100%
         = 1,31 %
NPK
% air = ((b – c)/ (b-a)) * 100 %
         = ((41,2963 – 41,0793) / (41,2963 – 38,2883)) * 100%
         = 7,21 %

Kesimpulan                 :
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa kadar air pada sampel pupuk urea, ZA, dan NPK berturut- turut adalah 0,43 %; 1,31 %; 7,21 %.

Daftar Pustaka            :
o   http://faridahanumgm47.blogspot.com/2012/03/penetapan-kadar-air-metode-oven-biasa.html
o   http://petani-kecil.blogspot.com/2013/06/pupuk-n-p-k.html 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar