Nama :
Reynaldi
NIS :
124877
Kelas :
3A
Kelompok : A.2.2
Tanggal Mulai : 14 Oktober 2014
Tanggal Selesai : 14 Oktober 2014
Judul Penetapan : Penetapan Kadar Air Dalam Sampel (Cara Xylol)
Tujuan Penetapan :
·
Untuk menentukan kadar air dalam suatu sampel dengan
metode Xylol
·
Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk
penentuan kadar air dalam sampel.
Dasar Prinsip :
Metode penyulingan dengan
pelarut yang tidak dapat dicampur,atau lebih dikenal dengan metode Xylol
(ksilena). Sampel yang mengandung air akan menguap. Pada metode tersebut
menggunakan alat “aufhauser” atau alat
penerima bitwell atau stirling,dilengkapi dengan labu dan
pendinginliebig Ksilena mempunyai titik didih lebih besar dari pada air
sehingga bila dipanaskan air yang lebih dahulu menguap.
Landasan
Teori :
Air
Air
adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O:
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarutyang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat
kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik.
Molekul
air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan mengalirinya arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katoda, dua molekul
air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-).
Sementara itu pada anoda, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan
yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
Air
adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut
sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah
tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
“hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak
mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat
tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air.
Air
menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki
sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan
elektron yang (hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial
positif (σ+) dekat atom oksigen. Dalam air hal ini terjadi karena atom oksigen
bersifat lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen—yang berarti, ia (atom
oksigen) memiliki lebih “kekuatan tarik” pada elektron-elektron yang dimiliki
bersama dalam molekul, menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga
berarti menarik muatan negatif elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah
di sekitar atom oksigen bermuatan lebih negatif ketimbang daerah-daerah di
sekitar kedua atom hidrogen.Air memiliki pula sifat adhesi yang tinggi
disebabkan oleh sifat alami kepolarannya.
Air
memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat
kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air
ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan
(non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas
sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat
membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara
gelas dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar
molekul air.
Dalam
sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan
permukaan protein yang bersifat hidrofilik; yaitu, permukaan-permukaan yang
memiliki ketertarikan kuat terhadap air.
Air
Dalam Bahan Pangan
Meskipun sering diabaikan, air
merupakan salah satu unsur penting dalam makanan. Air sendiri meskipun bukan
merupakan sumber nutrien seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial
dalam kelangsungan proses biokimia organisme hidup. Salah satu pertimbangan
penting dalam penentuan lokasi pabrik pengolahan bahan makanan adalah adanya
sumber air yang secara kualitatif memenuhi syarat. Dalam pabrik pengolahan
pangan, air diperlukan untuk berbagai keperluan misalnya : pencucian,
pengupasan umbi atau buah, penentuan kualitas bahan (tenggelam atau
mengambang), bahan baku proses, medium pemanasan atau pendinginan, pembentukan
uap, sterilisasi, melarutkan dan mencuci bahan sisa (Sudarmadji,2003).
Air dalam bahan pangan
berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen di samping ikut sebagai bahan
pereaksi, sedangkan bentuk air dapat ditemukan sebagai air bebas dan air
terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan atau
pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan cara tersebut.
Sebenarnya air dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan menurut sistem kapiler
dan air terikat secara kimia, antara lain air kristal dan air yang terikat
dalam sistem dispersi (Purnomo,1995).
Air di dalam bahan pangan ada
dalam tiga bentuk, yaitu: (1) air bebas, (2) air terikat lemah atau air
teradsorbsi, dan (3) air terikat kuat. Pada umumnya air bentuk pertama dan yang
kedua dominan, sedangkan air terikat jumlahnya sangat kecil.
1.
Air Bebas
Air bebas ada didalam ruang
antar sel, intergranular, pori-pori bahan, atau bahkan pada permukaan bahan.
Air bebas sering disebut juga sebagai aktivitas air atau “water activity” yang
diberi notasi Aw. Disebut aktivitas air, karena air bebas mampu membantu
aktivitas pertumbuhan mikroba dan aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan
pangan. Didalam air bebas terlarut beberapa nutrient yang dapat dimanfaatkan
oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Adanya nutrient terlarut tersebut
juga memungkinkan beberapa reaksi kimia dapat berlangsung. Oleh sebab itu,
bahan yang mempunyai kandungan atau nilai Aw tinggi pada umumnya cepat
mengalami kerusakan, baik akibat pertumbuhan mikroba pembusuk maupun akibat
terjadinya reaksi kimia tertentu, seperti oksidasi dan reaksi enzimatik. Air
bebas sangat mudah untuk dibekukan maupun diuapkan
2.
Air Teradsorbsi.
Air yang terikat lemah atau air
teradsorbsi terserap pada permukaan koloid makromolekul (protein, pati, dll)
bahan. Air teradsorbsi juga terdispersi diantara koloid
tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel. Ikatan antara air
dengan koloid merupakan ikatan hidrogen. Air teradsorbsi relatif bebas bergerak
dan relatif mudah dibekukan ataupun diuapkan.
3.
Air Terikat Kuat
Air terikat kuat sering juga
disebut air hidrat, karena air tersebut membentuk hidrat dengan beberapa
molekul lain dengan ikatan bersifat ionik. Air terikat kuat jumlahnya sangat
kecil dan sangat sulit diuapkan dan dibekukan.
Air yang terdapat dalam bentuk
bebas dapat membantu terjadinya proses kerusakan bahan makanan misalnya proses
mikrobilogis, kimiawi, ensimatik, bahkan oleh aktivitas serangga perusak
(Sudarmadji,2003).
Jumlah
air bebas dalam bahan pangan yang dapat digunakan oleh mikroorganisme
dinyatakan dalam besaran aktivitas air (Aw = water activity). mikroorganisme memerlukan
kecukupan air untuk tumbuh dan berkembang biak. Seperti halnya pH, mikroba
mempunyai niali Aw minimum, maksimum dan optimum untuk tumbuh dan berkembang
biak ( Ahmadi & Estiasih,2009).
Sampai sekarang belum diperoleh
sebuah istilah yang tepat untuk air yang terdapat dalam bahan makanan. Istilah
yang umumnya dipakai hingga sekarang ini adalah “air terikat”(bound
water). Walaupun sebenarnya istilah ini
kurang tepat, karena keterikatan air dalam bahan berbeda-beda, bahkan ada yang
tidak terikat. Karena itu, istilah “air terikat” ini dianggap suatu sistem yang
mempunyai derajat keterikatan berbeda-beda dalam bahan (Winarno,1992).
Menurut
derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe.
1. Tipe
I adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu
ikatan hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak dapat membeku pada
proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan dengan cara
pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dan sering kali disebut air
terikat dalam arti sebenarnya.
2. Tipe
II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dengan air minum.
Air ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan
penurunan Aw (water activity). Jika air tipe II dihilangkan seluruhnya,
kadar air bahan akan berkisar 3-7 % dan kestabilan optimum bahan makanan akan
tercapai, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat
adanya kandungan lemak tidak jenuh.
3. Tipe
III adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti
membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III inilah yang sering kali
disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan
untuk pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air
tipe ini diuapkan seluruhnya, kandungan air bahan berkisar antara 12-25 %
dengan Aw (water activity) kira-kira
0,8% tergantung dari jenis bahan dan suhu.
4. Tipe
IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni
dengan sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuh (Winarno,1992).
Ada
beberapa metode untuk menentukan kadar air, di antaranya sebagai berikut:
Metode Pemanasan Langsung
Prinsipnya menguapkan air yang
ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat
konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan
murah.
Kelemahan cara ini adalah :
a. Bahan
lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain.
b. Dapat
terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap.
Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi.
c. Bahan
yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah
dipanaskan.
Untuk mempercepat penguapan air
serta menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun
reaksi yang lain karena pemanasan. Maka dapat dilakukan dengan suhu rendah dan
tekanan vakum. Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan
kadar air yang sebenarnya (Sudarmadji.2003).
Metode Penyulingan dengan Pelarut yang tidak dapat
Campur
Lebih
dikenal dengan metode xylol (ksilena).
Penetapan ini sangat penting terutama yang mengandung air dan minyak terbang
(volatile oils) yang keduanya dapat mengauap. Penetapan ini dipakai alat ”aufhauser” atau alat penerima bitwell dan stirling, dilengkapai dengan labu dan
pendingin liebig. Ksilena
mempunya titik didih > titik didih air sehingga bila dipanaskan maka air
yang dahulu menguap.
Prinsip penentuan kadar air dengan
destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang mempunyai
titik didih lebih tinggi dari pada air dan tidak dapat bercampur dengan air
serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari pada air. Zat kimia yang dapat
digunakan antara lain : toluen, xylen, benzen, tetrakhlorethilen dan xylol.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak 75-100 ml pada
sampel yang diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan ditampung dalam tabung
penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia tersebut maka
air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung
penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara destilasi ini
baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil yang
sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya
memerlukan waktu ± 1 jam (Sudarmadji,2003).
Metode Pengering Vacum
Dilakukan
untuk menetapkan kadar air dalam contoh yang akan terurai kalau dipanasskan
pada suhu 100o-105oC
Metode Asam Sulfat
Metode
ini diuapkan terhadap zat-zat yang peka terhadap panas, proses ini relatif
memerlukan waktu yang lama. Sampel didalam eksikator vacum dikeringkan dengan
asam sulfat pekat.
Metode
Karl Fischer
Cara
ini adalah dengan menitrasi sampel dengan larutan iodine dalam metanol. Reagen
lain yang digunakan dalam titrasi ini adalah sulfur dioksida dan piridin.
Metanol dan piridin digunakan untuk melarutkan yodin dan dan sulfur dioksida
agar reaksi dengan air menjadi lebih baik. Selain itu piridin dan methanol akan
mengikat asam sulfat yang terbentuk sehingga akhir titrasi dapat lebih jelas
dan tepat. Selama masih ada air dalam bahan, iodin akan bereaksi tetapi begitu
air habis, maka iodin akan bebas. Titrasi dihentikan pada saat timbul warna
iodine bebas. Untuk memperjelas pewarnaan maka dapat ditambahkan metilen biru
dan akhir titrasi akan memberikan warna hijau. I2 dengan mtilen biru akan
berubah warnanya menjadi hijau. Cara titrasi ini telah berhasil dipakai untuk
penentuan kadar air dalam alkohol, ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati,
tepung gula, madu, dan bahan makanan yang dikeringkan. Cara ini banyak dipakai
karena memberikan harga yang tepat dan dikerjakan cepat. Tingkat ketelitiannya
lebih kurang 0,5 mg dan dapat ditingkatkan lagi dengan sistem elektroda yaitu
dapat mencapai 0,2 mg (Sudarmadji,2003).
Minyak curah
Minyak
goreng sawit yang dikenal dengan istilah minyak gorengcurah umumnya hanya
menggunakan satu kali proses fraksinasi (pemisahan), sehingga masih mengandung
fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari minyak goreng bermerek yang
menggunakan dua kali proses fraksinasi atau pemisahan (Anonim, 2012c).
Minyak
goreng curah biasanya memiliki warna yang lebih keruh. Minyak goreng curah ini
tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga
kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan, sangat
tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng yang sering digunakan
secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna menjadi hitam, kondisi ini
tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai gizi makanan yang digoreng
menjadi turun dan mempengaruhi rasa. Vitamin A dan D dalam makanan itu sudah
hancur
(Bundakata, 2007).
Minyak
kelapa
Minyak
kelapa murni adalah minyak kelapa yang dibuat dari bahan
baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa
pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Penyulingan minyak kelapa dapat
berakibat kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap
utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam laurat ini memiliki
sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur. Minyak kelapa
murni, atau lebih dikenal dengan Virgin
Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi proses pembuatan minyak
kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah,
berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama
yaitu sekitar lebih
dari 12
bulan (Anonim, 2012d).
Minyak
kelapa sebagai produk olahan hasil perkebunan mempunyai ciri umum berwarna
lebih bening dan beraroma harum. Dalam industri minyak goreng, minyak kelapa
dianggap paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak
jagung, minyak kedelai, minyak canola serta minyak dari bunga matahari (Anonim,
2012e).
Mutu
minyak goreng sangat dipengaruhi oleh
komponen asam lemaknya karena asam
lemak tersebut akan
mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan
stabilitas minyak selama proses penggorengan.
Trigliserida dari suatu minyak atau lemak
mengandung sekitar 94-96% asam lemak. Selain
komponen asam lemaknya, stabilitas minyak goreng dipengaruhi
pula derajat ketidakjenuhan asam lemaknya,
penyebaran ikatan rangkap dari asam lemaknya, serta
bahan-bahan yang dapat mempercepat atau
memperlambat terjadinya proses kerusakan minyak
goreng yang terdapat secara alami atau yang
secara sengaja
ditambahkan
(Stier, 2003).
Standar
mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2002, SNI ini merupakan revisi
dari SNI 01-3741-1995, menetapkan bahwa standar mutu minyak
goreng seperti pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel
6. SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng
KRITERIA UJI
|
SATUAN
|
SYARAT
|
Keadaan bau,
warna dan rasa
|
-
|
Normal
|
Air
|
% b/b
|
Maks 0.30
|
Asam lemak bebas
(dihitung sebagai asam laurat)
|
% b/b
|
Maks 0.30
|
Bahan Makanan
Tambahan
|
Sesuai SNI. 022-M
dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88
|
|
Cemaran Logam :
- Besi (Fe)
- Tembaga (Cu)
- Raksa (Hg)
- Timbal (Pb)
- Timah (Sn)
- Seng (Zn)
|
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
|
Maks 1.5
Maks 0.1
Maks 0.1
Maks 40.0
Maks0.005
Maks 40.0/250.0)*
|
Arsen (As)
|
% b/b
|
Maks 0.1
|
Angka Peroksida
|
% mg 02/gr
|
Maks 1
|
Catatan * Dalam
kemasan kaleng
|
Sumber
: Standar Nasional Indonesia (SNI)
Xylena
Sebuah ksilena (dari ξύλο Yunani, xylo, "kayu")
adalah hidrokarbonaromatik yang terdiri dari cincin benzena dengan
dua substituen metil.Tiga xilena isomer masing-masing
memiliki rumus molekul C8H10,meskipun lebih informatif rumus semi-struktural C6H4 (CH3) 2 juga
digunakan umumnya. Para xilena adalah petrokimia utama, diproduksi
oleh katalitik reformasi dan juga oleh karbonisasi batubara dalam
pembuatan bahan bakar kokas. Mewakili sekitar 0,5-1% dari minyak
mentah (tergantung pada sumber), xilena ditemukan dalam
jumlah kecildalam bahan bakar bensin dan pesawat. Xilena terutama diproduksi
sebagai bagian dari aromatik BTX (benzene, toluene dan xilena) diekstrak
dari produk catalytic reforming dikenal sebagai "reformate". Campuranadalah, cairan
tidak berwarna sedikit berminyak biasa ditemui sebagai pelarut. Itu
bernama pada tahun 1851, yang telah ditemukan sebagai konstituen
dari tar kayu. Beberapa juta ton diproduksi setiap
tahunnya. Pada tahun 2011, sebuah konsorsium global mulai
pembangunan salah satu dunia tanaman xilena terbesar
di Singapura.
Aplikasi.pelarut
Xylene digunakan sebagai pelarut. Dalam aplikasi ini, campuran isomersering disebut sebagai xilena atau xylol. ksilena Solvent sering mengandung persentase kecil dari etilbenzena. Seperti isomer individu,campuran tidak berwarna, berbau manis, dan mudah terbakar. Bidang aplikasi termasuk industri percetakan, karet, dan kulit. Ini adalahkomponen umum dari tinta, karet, dan perekat. Dalam menipis cat dan pernis, dapat diganti dengan toluena mana pengeringan lebih lambat yang diinginkan, dan dengan demikian digunakan oleh konservator dari benda-benda seni dalam pengujian kelarutan. Demikian itu adalah agen pembersih, misalnya, untuk baja, wafer silikon, dan sirkuit terpadu. Dalam kedokteran gigi, ksilena dapat digunakan untuk melarutkan getah perca,bahan yang digunakan untuk Endodontik (perawatan saluran akar). Dalamindustri perminyakan, ksilena juga merupakan komponen sering pelarutparafin, digunakan ketika pipa menjadi tersumbat dengan lilin parafin.Untuk alasan yang sama, seringkali bahan aktif dalam produk komersial untuk kotoran telinga (cerumen) removal.
Xylene digunakan sebagai pelarut. Dalam aplikasi ini, campuran isomersering disebut sebagai xilena atau xylol. ksilena Solvent sering mengandung persentase kecil dari etilbenzena. Seperti isomer individu,campuran tidak berwarna, berbau manis, dan mudah terbakar. Bidang aplikasi termasuk industri percetakan, karet, dan kulit. Ini adalahkomponen umum dari tinta, karet, dan perekat. Dalam menipis cat dan pernis, dapat diganti dengan toluena mana pengeringan lebih lambat yang diinginkan, dan dengan demikian digunakan oleh konservator dari benda-benda seni dalam pengujian kelarutan. Demikian itu adalah agen pembersih, misalnya, untuk baja, wafer silikon, dan sirkuit terpadu. Dalam kedokteran gigi, ksilena dapat digunakan untuk melarutkan getah perca,bahan yang digunakan untuk Endodontik (perawatan saluran akar). Dalamindustri perminyakan, ksilena juga merupakan komponen sering pelarutparafin, digunakan ketika pipa menjadi tersumbat dengan lilin parafin.Untuk alasan yang sama, seringkali bahan aktif dalam produk komersial untuk kotoran telinga (cerumen) removal.
Penggunaan.laboratorium
Hal ini digunakan di laboratorium untuk membuat mandi dengan es keringuntuk mendinginkan kapal reaksi, dan sebagai pelarut untuk menghilangkan minyak imersi sintetis dari tujuan mikroskop dalammikroskop cahaya. Dalam histologi, ksilena adalah agen yang paling banyak digunakan kliring. Xylene digunakan untuk menghilangkanparafin dari mikroskop kering slide sebelum pewarnaan. Setelahpewarnaan, slide mikroskop yang dimasukkan ke dalam ksilena sebelumpemasangan dengan coverslip.
Hal ini digunakan di laboratorium untuk membuat mandi dengan es keringuntuk mendinginkan kapal reaksi, dan sebagai pelarut untuk menghilangkan minyak imersi sintetis dari tujuan mikroskop dalammikroskop cahaya. Dalam histologi, ksilena adalah agen yang paling banyak digunakan kliring. Xylene digunakan untuk menghilangkanparafin dari mikroskop kering slide sebelum pewarnaan. Setelahpewarnaan, slide mikroskop yang dimasukkan ke dalam ksilena sebelumpemasangan dengan coverslip.
produksi
Xilena dapat diproduksi oleh methylating toluena dan benzena. Melalui proses ISOMAR, rasio isomer dapat dialihkan untuk mendukung p-ksilena, yang paling dihargai.
Xilena dapat diproduksi oleh methylating toluena dan benzena. Melalui proses ISOMAR, rasio isomer dapat dialihkan untuk mendukung p-ksilena, yang paling dihargai.
Alat
dan Bahan:
Alat
|
Bahan
|
· Labu didih
· Oven pengering
· Masker
· Pipet volume 25 mL
· Alat aufhauser
· Hot plate
· Gelas piala 100 mL
· Pengaduk
· Batu didih
· Eksikator
· Neraca analitik digital
|
· Sampel minyak goreng
· Aquades
· Larutan Xylol
|
Cara
Kerja:
·
Ditimbang ± 30 gram sampel dalam botol timbang 100 mL
·
Dilarutkan dengan pelarut Xylol
·
Dimasukkan kedalam labu didih
·
Diblas botol timbang dengan pelarut Xylol hingga bersih
·
Ditambahkan Xylol sampai setengah dari isi labu didih
·
Kemudian dimasukkan
batu didih
·
Lalu disambungkan
dengan alat aufhauser
·
Disulingkan diatas
hot plate selama ± 1 jam
·
Setelah cukup 1 jam hot plate dimatikan dan alat aufhauser dibiarkan
dingin.
·
Alat pendingin dibilas dengan Xylol
·
Lalu diangkat alat aufhauser beserta labunya
·
Setelah dingin betul, air yang melekat dibagian atas alat aufhauser
diturunkan kebawah dengan dikilik bulu ayam.
·
Kemudian dibaca jumlah air
Pengamatan:
·
Bobot
sampel = 30,0160 g
·
Volume
air yang terbaca = 0,1 ml
Perhitungan:
% Air =
(ml air yabg dibaca/ bobot sampel)* 100%
=
(0,1 / 30,0160)* 100%
=
0,33%
Kesimpulan:
Dari
hasil pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan bahwa kadar air yang terdapat
dalam sampel minyak adalah 0,33 %
Daftar
Pustaka:
·
http://dapurkimia-dapurkimia.blogspot.com/2012/04/metode-penentuan-kadar-air-air-adalah.html
·
http://artikelkesmas.blogspot.com/2013/12/makalah-analisis-kadar-air.html
·
http://en.wikipedia.org/wiki/Xylene
Makassar, 15 Oktober 2014
Praktikan
Reynaldi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar