LAPORAN HARIAN
LAPORAN LENGKAP
BILANGAN PENYABUNAN
Nama : Reynaldi
NIS : 124877
Kelas : 3A
Kelompok : A.2.2
Tanggal Mulai : 26 Agustus 2014
Tanggal Selesai : 26 Agustus 2014
Judul Penetapan : Bilangan Penyabunan
Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1g sampel/ minyak.
Dasar Prinsip : Asam lemak pada sampel di reaksikan dengan KOH berlebihan menghasilkan gliserol. Kelebihan KOH dititar dengan HCl, sehingga jumlah mg KOH yang bereaksi dengan sampel dapat diketahui. Pada penetapan ini digunakan titrasi blanko.
Reaksi : CH3(CH2)10COOH + KOH ===== CH3(CH2)10COOK + H2O
KOH + HCl ===== KCl + H2O
Landasan Teori :
KALIUM
HIDROKSIDA (KOH)
Nomor MSDS: P5884
Kalium Hidroksida, biasa disebut potas
api dengan rumus KOH. Nama lain Kalium Hidroksida yaitu Kaustik Kalium, Potash
Alkali, Potassia, Kalium Hidrat. KOH
adalah senyawa kimia alkali kaustik yang mudah larut dalam air dan mudah
terbakar. Zat ini cepat menyerap karbon dioksida dan air dari udara.
A.
Sifat Fisik dan Kimia
Bentuk :
Padat tetapi dapat dibentuk menjadi butir, stick, gumpalan dan serpih.
Warna : Tidak
berwarna (putih)
Bau :
Tak Berbau
pH :
13,5 (0,1 molar larutan)
Titik Lebur :
3600C (680F)
Titik
Didih :
1.3200C (2408F) - 13240C
Massa molar :
56,1056 g / mol
Densitas :
2,04 g/cm3 pada 200C
Kelarutan dalam air : 121 g/100 mL (25 ° C), 178
g/100 mL (100 °C)
Indeks bias : 1.409
Korosi :
Dapat merusak logam-logam
Tekanan Uap (mm Hg) :
1.0 torr pada 714C (1317F)
Kelarutan :
larut dalam alkohol, gliserol , larut dalam eter , cairan amonia
Reaktivitas : Hidroskopis,
menyerap karbondioksida
B.
Toksikokinetika
Mekanisme masuknya KOH kedalam tubuh
manusia, diantaranya:
C.
Toksikodinamik
1.
Toksisitas oral
Hewan Percobaan : LD50 Tikus
Dosis : 273 mg/kg (RTECS)
Tanda-tanda :
bila termakan, luka bakar hebat di mulut dan kerongkongan. Di samping itu, bisa
mengakibatkan sakit perut (epigastrium) , muntah, diare, hematemesis, dan berlubangnya
esofagus dan perut.
2.
Toksisitas
inhalasi
Tanda-tanda keracunan adalah terbakar
pada membran mukosa. KOH dapat menyebabkan
sesak nafas, sakit tenggorokan, edema paru, luka di hidung, pneumonitis, dan
iritasi saluran pernafasan, yang ditandai dengan bersin dan batuk.
3.
Iritasi
kulit
Hewan Percobaan : Kelinci
4.
Iritasi
mata
Hewan Percobaan : Kelinci
Kontak mata bisa mengakibatkan penglihatan kabur, radang mata, kerusakan kornea atau kebutaan. Tanda-tanda radang mata adalah
kemerahan dan gatal-gatal. Apabila tingkat keparahan yang tinggi dapat
mengakibatkan rusaknya paru-paru, tersedak, pingsan atau kematian.
D.
Kegunaan di proses industri
1.
Pembuatan
Garam
2. Penetralisasi Asam
3. Produksi Sabun
4. Baterai dan Sel Bahan Bakar
5. Penggunaan Miscellaneous
Tanggal Mulai : 26 Agustus 2014
Tanggal Selesai : 26 Agustus 2014
Judul Penetapan : Bilangan Penyabunan
Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1g sampel/ minyak.
Dasar Prinsip : Asam lemak pada sampel di reaksikan dengan KOH berlebihan menghasilkan gliserol. Kelebihan KOH dititar dengan HCl, sehingga jumlah mg KOH yang bereaksi dengan sampel dapat diketahui. Pada penetapan ini digunakan titrasi blanko.
Reaksi : CH3(CH2)10COOH + KOH ===== CH3(CH2)10COOK + H2O
KOH + HCl ===== KCl + H2O
Landasan Teori :
Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak.
Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. asam lemak jenuh
2. asam lemak tidak jenuh
Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam lipida.
Contoh di bawah ini menunjukan beberapa bahan jenis pelarut yang sesuai dengan ekstraksi lipida tertentu :
senyawa trigliserida yang bersifat non polar akan mudah diekstraksi dengan pelarut-pelarut non polar misalnya n-Hexane atau petroleum ether
glikolipida yang polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar
lesitin (lecithin) atau secara kimiawi adalah senyawa phosphatidyl-choline bersifat basis dan akan mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alkohol.
Phosphatidyl-serine yaitu fosfolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam khloroform yang sedikit polar dan basis.
Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alami penting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam relatif lebih mudah daripada senyawa-senyawa makronutrien yang lain.
Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. asam lemak jenuh
2. asam lemak tidak jenuh
Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam lipida.
Contoh di bawah ini menunjukan beberapa bahan jenis pelarut yang sesuai dengan ekstraksi lipida tertentu :
senyawa trigliserida yang bersifat non polar akan mudah diekstraksi dengan pelarut-pelarut non polar misalnya n-Hexane atau petroleum ether
glikolipida yang polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar
lesitin (lecithin) atau secara kimiawi adalah senyawa phosphatidyl-choline bersifat basis dan akan mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alkohol.
Phosphatidyl-serine yaitu fosfolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam khloroform yang sedikit polar dan basis.
Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alami penting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam relatif lebih mudah daripada senyawa-senyawa makronutrien yang lain.
PENENTUAN SIFAT MINYAK
Jenis minyak dapat
dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan sifat-sifatnya. Pengujian
sifat-sifat minyak tersebut meliputi :
ü Uji Penyabunan
ü Uji ketidakjenuhan
ü Uji kelarutan
ü Uji Titik Cair,Indeks bias,bobot jenis dll.
PENENTUAN ANGKA
PENYABUNAN
Angka Penyabunan dapat
dilakukan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak
yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relative kecil,
akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak dengan berat
molekul yang besar mempunyai angka penyabunan relative kecil.
Angka penyabunan
dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu
gram (1 g) lemak atau minyak.
Alcohol yang ada pada koh
berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi
dengan basa sehingga membentuk sabun.
DASAR-DASAR ANALISA
MINYAK
Senyawa minyak merupakan
senyawa alami penting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam, relative
lebih mudah daripada senyawa-senyawa makronutrien yang lain. Prosedur-prosedur
analisa minyak berkembang pesat, baik yang menggunakan peralatan yang sederhana
maupun yang mutakhir. Kemudahan analisa tersebut dimumgkinkan antara lain
karena :
ü Molekul minyak relative lebih kecil dan kurang kompleks bila
dibandingkan dengan molekul karbohidrat atau protein
ü Molekul-molekul minyak dapat disintesa di laboratorium menurut
kebutuhan, sedang molekul protein dan karbohidrat yang komplek misalnya :
ligin, belum dapat.
Indikator PP (Phenolphtalein)
Indikator PP (phenolphtealin) adalah Indikator asam-basa yang digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini bekerja karena perubahan pH larutan. Indikator ini merupakan senyawa organik yang bersifat asam atau basa, yang dalam daerah pH tertentu akan berubah warnanya. Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Penggunaan PP dalam titrasi:
- Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8.
- Titrasi asam lemah oleh basa kuat. Boleh untuk digunakan karena
pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M - Titrasi basa lemah oleh asam kuat, tidak dapat dipakai,
- Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek pH tidak sesuai dengan titik ekivalen (Anonim, 2011b)
SABUN
Sabun yang berasal dari bahasa India/Hindi साबुन adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
KOH (KALIUM HIDROKSIDA)
KALIUM
HIDROKSIDA (KOH)
Nomor MSDS: P5884
Kalium Hidroksida, biasa disebut potas
api dengan rumus KOH. Nama lain Kalium Hidroksida yaitu Kaustik Kalium, Potash
Alkali, Potassia, Kalium Hidrat. KOH
adalah senyawa kimia alkali kaustik yang mudah larut dalam air dan mudah
terbakar. Zat ini cepat menyerap karbon dioksida dan air dari udara.
A.
Sifat Fisik dan Kimia
Bentuk :
Padat tetapi dapat dibentuk menjadi butir, stick, gumpalan dan serpih.
Warna : Tidak
berwarna (putih)
Bau :
Tak Berbau
pH :
13,5 (0,1 molar larutan)
Titik Lebur :
3600C (680F)
Titik
Didih :
1.3200C (2408F) - 13240C
Massa molar :
56,1056 g / mol
Densitas :
2,04 g/cm3 pada 200C
Kelarutan dalam air : 121 g/100 mL (25 ° C), 178
g/100 mL (100 °C)
Indeks bias : 1.409
Korosi :
Dapat merusak logam-logam
Tekanan Uap (mm Hg) :
1.0 torr pada 714C (1317F)
Berat
Molekul : 56,1047
Kelarutan :
larut dalam alkohol, gliserol , larut dalam eter , cairan amonia
Reaktivitas : Hidroskopis,
menyerap karbondioksida
B.
Toksikokinetika
Mekanisme masuknya KOH kedalam tubuh
manusia, diantaranya:
1. Absorpsi
Jalur pajanan yang dilewati oleh
KOH yaitu, inhalasi, ingesti/oral, kulit, dan membran mukosa. KOH diabsorpsi
dengan mudah dalam usus halus.
2. Distribusi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
Sebanyak 80-90%
KOH yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses
dan sedikit melalui keringat, cairan lambung dan ginjal.
C.
Toksikodinamik
v
Potensi
Efek Kesehatan akut:
1.
Toksisitas oral
Hewan Percobaan : LD50 Tikus
Dosis : 273 mg/kg (RTECS)
Tanda-tanda :
bila termakan, luka bakar hebat di mulut dan kerongkongan. Di samping itu, bisa
mengakibatkan sakit perut (epigastrium) , muntah, diare, hematemesis, dan berlubangnya
esofagus dan perut.
2.
Toksisitas
inhalasi
Tanda-tanda keracunan adalah terbakar
pada membran mukosa. KOH dapat menyebabkan
sesak nafas, sakit tenggorokan, edema paru, luka di hidung, pneumonitis, dan
iritasi saluran pernafasan, yang ditandai dengan bersin dan batuk.
3.
Iritasi
kulit
Hewan Percobaan : Kelinci
KOH dapat mengakibatkan peradangan dan kulit dapat
melepuh yang ditandai dengan gatal, scaling, memerah, atau kadang-kadang
blistering.
4.
Iritasi
mata
Hewan Percobaan : Kelinci
Kontak mata bisa mengakibatkan penglihatan kabur, radang mata, kerusakan kornea atau kebutaan. Tanda-tanda radang mata adalah
kemerahan dan gatal-gatal. Apabila tingkat keparahan yang tinggi dapat
mengakibatkan rusaknya paru-paru, tersedak, pingsan atau kematian.
v Potensi
Efek Kesehatan kronis:
Mutagenik efek: mutagenik untuk sel somatik mamalia.
Substansi beracun untuk saluran pernapasan bagian atas,
kulit, mata. Berulang atau lama terkena zat tersebut dapat menghasilkan target
kerusakan organ. Paparan berkali-kali pada mata dapat menghasilkan iritasi
mata. Paparan berulang pada kulit dapat menghasilkan lokal kerusakan kulit atau
dermatitis. Inhalasi berulang dapat mengakibatkan iritasi pernafasan atau
kerusakan paru-paru.
D.
Kegunaan di proses industri
Kalium Hidroksida, juga disebut potas api,
adalah senyawa kimia dengan rumus KOH. Bahan dimurnikan adalah putih solid yang
terdapat di alam dalam bentuk butir dan serpih.
1.
Pembuatan
Garam
Menjadi sangat alkali, kalium hidroksida bereaksi
dengan berbagai asam, dan reaksi asam-basa ini digunakan untuk produksi garam
kalium.
2. Penetralisasi Asam
Sebagai alkali, kalium hidroksida digunakan untuk
menetralkan keasaman dan menyesuaikan pH larutan. Dalam analisis kimia, zat
tersebut sangat penting bagi titrasi asam untuk menentukan konsentrasi.
3. Produksi Sabun
Reaksi kalium hidroksida dengan minyak dan lemak di
bawah kondisi dipanaskan disebut saponifikasi. Reaksi ini berguna untuk
produksi sabun yang lebih lembut dan lebih mudah larut.
4. Baterai dan Sel Bahan Bakar
Larutan kalium hidroksida digunakan sebagai elektrolit
dalam berbagai jenis baterai, termasuk alkaline, nikel-kadmium, dan mangan
dioksida-seng baterai. Hal tersebut merupakan
elektrolit dalam beberapa jenis bahan bakar sel. Laruttan kalium hidroksida
adalah konduktor listrik yang lebih baik dibandingkan sodium hidroksida.
5. Penggunaan Miscellaneous
Kalium
hidroksida merupakan katalis dalam proses produksi biodiesel dari minyak dan
lemak. Dalam pembuatan kertas, hal ini membantu lignin terpisah dari serat
selulosa. Ini adalah sketsa dalam pengolahan basah semikonduktor dan agen
pemutih untuk tekstil. Hal ini dapat digunakan untuk penyerapan karbon dioksida
(CO2), sulfur trioksida (SO3), dan nitrogen trioksida (NO3)
dalam aliran gas. Selain itu, digunakan untuk penyumbatan saluran air,
menghilangkan bulu dari kulit hewan
(melemahkan rambut manusia dalam persiapan untuk mencukur), mempercepat
dekomposisi jaringan lunak (meleburjkan bangkai hewan). Kalium Hidroksida juga
berperan dalam penghilang kutikula dalam manicure
perawatan. Dalam industri makanan, dapat digunakan dalam pengolahan cokelat dan
kakao, produksi warna karamel, pencucian dan menghilangkan zat kimia dari
buah-buahan serta sayuran. Kalium hidroksida digunakan untuk mengidentifikasi
beberapa jenis jamur . Sebuah larutan 3-5% dari KOH diterapkan pada daging
jamur dan catatan peneliti apakah perubahan warna daging. spesies tertentu boletes , polypores , dan banyak jamur gilled diidentifikasi berdasarkan
perubahan ini-reaksi warna.
Alat dan Bahan:
Alat:
- Neraca digital
- Erlenmeyer
- Gelas Ukur 50 ml
- Penangas air
- Pendingin tegak
- Buret
- Statif
- Gelas piala
Bahan:
- Contoh minyak
- KOH alkohol 0,1 N
- Aquades
- Indikator PP
- HCl 0,1 N
Cara Kerja:
- Ditimbang 2 g sampel minyak ke dalam erlenmeyer 500 ml.
- Ditambahkan 25 ml KOH alkohol 0,1 N.
- Larutan dipanaskan di atas penangas air dengan menggunakan pendingin tegak selama 30 menit.
- Larutan didinginkan, kemudian dititar dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP (a ml)
- Pengerjaan blanko dilakukan (b ml).
- Bobot sampel = 2,0214 g
- Volume Titrasi = 19,7 ml
- Warna larutan sebelum penambahan indikator PP = tak berwarna
- Warna larutan setelah penambahan indikator PP = merah
- Warna larutan saat tercapai titik akhir = tak berwarna
Perhitungan:
Bilangan penyabunan = ((b - a)ml * NHCl * 56,1)/ gram sampel
= ((20,20 - 19,70) ml * 0,0924 N * 56,1)/ 2,0214 g
= 1,2822 mg/g
Kesimpulan:
Dari hasil pengamatan, didapatkan bilangan penyabunan pada sampel minyak adalah 1,2822 mg/g.
Daftar Pustaka:
- http://btagallery.blogspot.com/2010/02/blog-post_4540.html
- http://alexschemistry.blogspot.com/2013/12/laporan-penentuan-angka-penyabunan.html
- http://penetapankadarkalsiumcaco3didin.blogspot.com/2011/07/msds-kalium-hidroksida.html
Makassar, 2 September 2014
Pembimbing Praktikan,
REYNALDI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar