Senin, 15 September 2014

LAPORAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS

LAPORAN HARIAN


LAPORAN LENGKAP

PENETAPAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS

Nama                        : Reynaldi
NIS                            : 124877
Kelas                        : 3A
Kelompok                : A.2.2
Tanggal Mulai         : 26 Agustus 2014
Tanggal Selesai     : 26 Agustus 2014
Judul Penetapan    : Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Tuuan Penetapan   : Untuk mengetahui kadar asam lemak bebas dari suatu sampel
Dasar Prinsip         : 
Sampel yang dilarutkan dengan alkohol netral dapat dititar dengan NaOH untuk menetralkan asam lemak bebas. Kandungan asam lemak bebas suatu bahan pangan merupakan salah satu contoh senyawa yang terkandung dalam bahan pangan yang dapat  bersifat berbahaya khususnya bagi tubuh apabila bahan pangan tersebut terlalu sering untuk dikonsumsi. Asam lemak bebas adalah suatu asam yang dibebaskan pada proses hidrolisis lemak.
Reaksi                     : CH3(CH2)10COOH + NaOH ===== CH3(CH2)10COONa + H2O
Landasan Teori      :

Minyak curah

Minyak goreng sawit yang dikenal dengan istilah minyak gorengcurah umumnya hanya menggunakan satu kali proses fraksinasi (pemisahan), sehingga masih mengandung fraksi padat stearin yang relatif lebih banyak dari minyak goreng bermerek yang menggunakan dua kali proses fraksinasi atau pemisahan (Anonim, 2012c).

Minyak goreng curah biasanya memiliki warna yang lebih keruh. Minyak goreng curah ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng yang sering digunakan secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna menjadi hitam, kondisi ini tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai gizi makanan yang digoreng menjadi turun dan mempengaruhi rasa. Vitamin A dan D dalam makanan itu sudah

hancur (Bundakata, 2007).
Minyak kelapa
Minyak kelapa murni adalah minyak kelapa  yang dibuat dari bahan baku kelapa segar, diproses dengan pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Penyulingan minyak kelapa dapat berakibat kandungan senyawa-senyawa esensial yang dibutuhkan tubuh tetap utuh. Minyak kelapa murni dengan kandungan utama asam laurat ini memiliki sifat antibiotik, anti bakteri dan jamur. Minyak kelapa murni, atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut Oil (VCO), adalah modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan

kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu sekitar lebih 

dari 12 bulan (Anonim, 2012d).
Minyak kelapa sebagai produk olahan hasil perkebunan mempunyai ciri umum berwarna lebih bening dan beraroma harum. Dalam industri minyak goreng, minyak kelapa dianggap paling sehat dibandingkan dengan minyak nabati lain seperti minyak jagung, minyak kedelai, minyak canola serta minyak dari bunga matahari (Anonim, 2012e).

Mutu  minyak  goreng   sangat   dipengaruhi   oleh   komponen   asam  lemaknya   karena   asam   lemak    tersebut   akan    mempengaruhi sifat   fisik,  kimia,  dan  stabilitas   minyak   selama   proses  penggorengan. Trigliserida dari  suatu  minyak   atau   lemak  mengandung 

 sekitar  94-96%  asam  lemak. Selain  komponen asam lemaknya,  stabilitas  minyak goreng dipengaruhi pula  derajat  ketidakjenuhan  asam  lemaknya,  penyebaran  ikatan  rangkap  dari  asam lemaknya,  serta bahan-bahan  yang  dapat mempercepat   atau  memperlambat  terjadinya  proses  kerusakan  minyak  goreng  yang terdapat  secara  alami  atau yang secara sengaja 

ditambahkan (Stier, 2003).
Standar mutu minyak goreng telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI 01-3741-2002, SNI ini merupakan  revisi  dari  SNI 01-3741-1995, menetapkan bahwa standar mutu  minyak  goreng  seperti  pada  Tabel 1 berikut ini:
Tabel 6. SNI 01-3741-2002 tentang Standar Mutu Minyak Goreng
KRITERIA UJI
SATUAN
SYARAT
Keadaan bau, warna dan rasa
-
Normal
Air
% b/b
Maks 0.30
Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)
% b/b
Maks 0.30
Bahan Makanan Tambahan
Sesuai SNI. 022-M dan Permenkes No. 722/Menkes/Per/IX/88
Cemaran Logam :
- Besi (Fe)
- Tembaga (Cu)
- Raksa (Hg)
- Timbal (Pb)
- Timah (Sn)
- Seng (Zn)

Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg

Maks 1.5
Maks 0.1
Maks 0.1
Maks 40.0
Maks0.005
Maks 40.0/250.0)*
Arsen (As)
% b/b
Maks 0.1
Angka Peroksida
% mg 02/gr
Maks 1
Catatan * Dalam kemasan kaleng
Sumber :  Standar Nasional Indonesia (SNI)
FFA ( Free Fatty Acid )
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan ALB. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk Asam lemak bebas dalam kosentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itulah perlu dilakukan usaha pencegahan terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan asam lemak bebas ditentukan mulai dari tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik. Kenaikan ALB ini disebabkan adanya reaksi hidrolisa pada minyak . Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan kadang-kadang dapat meracuni tubuh. Timbulnya racun dalam minyak yang dipanaskan telah banyak dipelajari. Bila lemak tersebut diberikan pada ternak atau diinjeksikan kedalam darah, akan timbul gejala diare, kelambatan pertumbuhan, pembesaran organ, kanker, kontrol tak sempurna pada pusat saraf dan memperrsingkat umur (Anonim, 2012f).

Kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit, biasanya hanya dibawah 1%. Lemak dengan kadar asam lemak bebas lebih besar 

dari 1%, jika dicicipi akan terasa pada permukaan lidah dan tidak berbau tengik, namun intensitasnya tidak bertambah dengan bertambahnya jumlah asam lemak bebas. Asam lemak bebas, walaupun berada dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar

 dari 14 (Ketaren, 1986).
Alkohol
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan O-H. Salah satu senyawa alkohol,etanol (etil alkohol, atau alkohol sehari-hari), adalah salah satu senyawa yang dapat ditemukan pada minuman beralkohol. Rumus kimianya CH3CH2OH ( Anonim, 2011a).
Alkohol umumnya berwujud cair dan memiliki sifat mudah menguap (volatil) tergantung pada panjang rantai karbon utamanya (semakin pendek rantai C, semakin volatil). Kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena alkohol

memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang bersifat nonpolar, sehingga makin panjang gugus alkil makin berkurang 

kepolarannya (Anonim, 2010a).
Alkohol juga  termasuk zat pelarut organik yang sering digunakan untuk melarutkan lemak dalam proses analisa lemak. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak atau minyak dalam sampel agar  dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang  digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol (etanol) yang digunakan konsentrasinya berada di kisaran 95-96%, karena etanol 95 % merupakan pelarut lemak yang baik (Anonim, 2012i).
Analisa asam lemak bebas biasanya pelarut yang digunakan dalam percobaan adalah alkohol netral. Alkohol dalam kondisi panas akan lebih baik melarutkan sampel yang juga nonpolar. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan pemanas air hal ini dikarenakan titik didih alkohol lebih rendah daripada air.  Dengan menggunakan kondesor diaman uap air akan menjadi embun kembali. Setlah itu diberi inidkator pp. Apabila alkohol terlalu asam maka digunakanlah basa (Anonim, 2010a).
Indikator PP (Phenolphtalein)
Indikator PP (phenolphtealin) adalah Indikator asam-basa yang digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini bekerja karena perubahan pH larutan. Indikator ini merupakan senyawa organik yang bersifat asam atau basa, yang dalam daerah pH tertentu akan berubah warnanya. Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Penggunaan PP dalam titrasi:
  1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8. 
  2. Titrasi asam lemah oleh  basa kuat. Boleh untuk  digunakan karena 
    pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M
  3. Titrasi basa lemah oleh asam kuat, tidak dapat dipakai,
  4. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek pH tidak sesuai dengan titik ekivalen (Anonim, 2011b).
Larutan NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium  hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil,  air minum, sabun dan deterjen.  Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam  laboratorium  kimia.  Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. NaOH juga  sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan  metanol,  walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan  ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas (Anonimn, 2012g).

Alat dan Bahan:
Alat:
  • Neraca digital
  • Erlenmeyer
  • Pipet tetes
  • Gelas ukur
  • Penangas air
  • Pendingin tegak
  • Buret
  • Statif

Bahan:
  • Sampel minyak
  • Alkohol netral
  • NaOH 0,1179N
  • Indikator PP

Cara Kerja:

  1. Ditimbang 5 g sampel minyak ke dalam erlenmeyer 250 ml.
  2. Dilarutkan dalam alkohol netral.
  3. Larutan dipanaskan di atas penangas air dengan menggunakan pendingin tegak selama 30 menit.
  4. Larutan didinginkan, tetapi tidak terlalu dingin agar sabun tidak membeku.
  5. Larutan dititar dengan menggunakan PP sebagai indikator.
Pengamatan:

  • Bobot minyak        = 5,0060 g
  • Volume titrasi        = 0,10 ml
  • Warna larutan sebelum penambahan indikator PP = Putih
  • Warna larutan setelah penambahan indikator PP   = Putih
  • Warna larutan saat tercapai titik akhir                       = Merah muda
Perhitungan:
Kadar asam lemak bebas  = (ml * N * 0,2000 * 100%)/ gr sampel
                                               = (0,10 ml * 0,1179 N * 0,2000 * 100%)/ 5,0060g
                                               = 0,047% = 0,05%

Kesimpulan:
Dari pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan kadar asam lemak bebas dalam sampel minyak adalah 0,05%.

Daftar Pustaka:
  • http://kumalasarievhy.wordpress.com/2012/12/17/laporan-praktiku-uji-asam-lemak-bebas/
                                                                                                   Makassar, 2 September 2014
          Pembimbing                                                                                    Praktikan,



                                                                                                                   REYNALDI

LAPORAN BILANGAN PENYABUNAN

LAPORAN HARIAN


LAPORAN LENGKAP

BILANGAN PENYABUNAN

Nama                        : Reynaldi
NIS                            : 124877
Kelas                        : 3A
Kelompok                : A.2.2
Tanggal Mulai         : 26 Agustus 2014
Tanggal Selesai     : 26 Agustus 2014
Judul Penetapan    : Bilangan Penyabunan
Tujuan Penetapan  : Untuk mengetahui jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan                                          1g sampel/ minyak.
Dasar Prinsip         : Asam lemak pada sampel di reaksikan dengan KOH berlebihan                                                   menghasilkan gliserol. Kelebihan KOH dititar dengan HCl, sehingga jumlah                                   mg KOH yang bereaksi dengan sampel dapat diketahui. Pada penetapan                                      ini digunakan titrasi blanko.
Reaksi                      : CH3(CH2)10COOH + KOH ===== CH3(CH2)10COOK + H2O
                                      KOH + HCl ===== KCl + H2O

Landasan Teori      :
Lemak atau minyak adalah senyawa makromolekul berupa trigliserida, yaitu sebuah ester yang tersusun dari asam lemak dan gliserol. Jenis dan jumlah asam lemak penyusun suatu minyak atau lemak menentukan karakteristik fisik dan kimiawi minyak atau lemak.
Disebut minyak apabila trigliserida tersebut berbentuk cair pada suhu kamar dan disebut lemak apabila berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak berdasarkan sifat ikatan kimianya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. asam lemak jenuh
2. asam lemak tidak jenuh
Sebagai zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene, Chloroform, dll.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya. Karena polaritas lipida berbeda-beda maka tidak ada bahan pelarut umum (universal) untuk semua acam lipida.
Contoh di bawah ini menunjukan beberapa bahan jenis pelarut yang sesuai dengan ekstraksi lipida tertentu :
 senyawa trigliserida yang bersifat non polar akan mudah diekstraksi dengan pelarut-pelarut non polar misalnya n-Hexane atau petroleum ether
 glikolipida yang polar akan mudah diekstraksi dengan alkohol yang polar
 lesitin (lecithin) atau secara kimiawi adalah senyawa phosphatidyl-choline bersifat basis dan akan mudah larut dalam pelarut yang sedikit asam misalnya alkohol. 
 Phosphatidyl-serine yaitu fosfolipida yang bersifat polar dan asam akan mudah larut dalam khloroform yang sedikit polar dan basis. 
Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alami penting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam relatif lebih mudah daripada senyawa-senyawa makronutrien yang lain.
PENENTUAN SIFAT MINYAK
Jenis minyak dapat dibedakan antara yang satu dengan yang lainnya berdasarkan sifat-sifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut meliputi :
ü  Uji Penyabunan
ü  Uji ketidakjenuhan
ü  Uji kelarutan
ü  Uji Titik Cair,Indeks bias,bobot jenis dll.
PENENTUAN ANGKA PENYABUNAN
Angka Penyabunan dapat dilakukan untuk menentukan berat molekul minyak dan lemak secara kasar. Minyak yang disusun asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relative kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya, minyak dengan berat molekul yang besar mempunyai angka penyabunan relative kecil.
Angka penyabunan dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram (1 g) lemak atau minyak.
Alcohol yang ada pada koh berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga membentuk sabun.
DASAR-DASAR ANALISA MINYAK

Senyawa minyak merupakan senyawa alami penting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam, relative lebih mudah daripada senyawa-senyawa makronutrien yang lain. Prosedur-prosedur analisa minyak berkembang pesat, baik yang menggunakan peralatan yang sederhana maupun yang mutakhir. Kemudahan analisa tersebut dimumgkinkan antara lain karena :
ü  Molekul minyak relative lebih kecil dan kurang kompleks bila dibandingkan dengan molekul karbohidrat atau protein

ü  Molekul-molekul minyak dapat disintesa di laboratorium menurut kebutuhan, sedang molekul protein dan karbohidrat yang komplek misalnya : ligin, belum dapat.
Indikator PP (Phenolphtalein)
Indikator PP (phenolphtealin) adalah Indikator asam-basa yang digunakan dalam titrasi asidimetri dan alkalimetri. Indikator ini bekerja karena perubahan pH larutan. Indikator ini merupakan senyawa organik yang bersifat asam atau basa, yang dalam daerah pH tertentu akan berubah warnanya. Indikator Phenol phtalein dibuat dengan cara kondensasi anhidrida ftalein (asam ftalat) dengan fenol. Trayek pH 8,2 – 10,0 dengan warna asam yang tidak berwarna dan berwarna merah muda dalam larutan basa. Penggunaan PP dalam titrasi:
  1. Tidak dapat digunakan untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat, karena pada titik ekivalen tidak tepat memotong pada bagian curam dari kurva titrasi, hal ini disebabakan karena titrasi ini saling menetralkan sehingga akan berhenti pada pH 7, sedangkan warna berubah pada pH 8. 
  2. Titrasi asam lemah oleh  basa kuat. Boleh untuk  digunakan karena 
    pada pH + 9. untuk konsentrasi 0,1 M
  3. Titrasi basa lemah oleh asam kuat, tidak dapat dipakai,
  4. Titrasi Garam dari Asam lemah oleh Asam kuat. PP tidak dapat dipakai. Trayek pH tidak sesuai dengan titik ekivalen (Anonim, 2011b)
SABUN
Sabun yang berasal dari bahasa India/Hindi साबुन adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
KOH (KALIUM HIDROKSIDA)

KALIUM HIDROKSIDA (KOH)

Nomor MSDS: P5884

Kalium Hidroksida, biasa disebut potas api dengan rumus KOH. Nama lain Kalium Hidroksida yaitu Kaustik Kalium, Potash Alkali, Potassia, Kalium Hidrat.  KOH adalah senyawa kimia alkali kaustik yang mudah larut dalam air dan mudah terbakar. Zat ini cepat menyerap karbon dioksida dan air dari udara.

A.      Sifat Fisik dan Kimia

  Bentuk                                 : Padat tetapi dapat dibentuk menjadi butir, stick, gumpalan dan serpih.

 Warna                                     : Tidak berwarna (putih)

 Bau                                           : Tak Berbau

 pH                                             : 13,5 (0,1 molar larutan)

 Titik Lebur                              : 3600C (680F)

 Titik Didih                               : 1.3200C (2408F) - 13240C

 Massa molar                         : 56,1056 g / mol

 Densitas                                 : 2,04 g/cmpada 200C

  Kelarutan dalam air              : 121 g/100 mL (25 ° C), 178 g/100 mL (100 °C)

 Indeks bias                            : 1.409

 Korosi                                      : Dapat merusak logam-logam

Tekanan Uap (mm Hg)     : 1.0 torr pada 714C (1317F)

 Berat Molekul                      : 56,1047

  Kelarutan                            : larut dalam alkohol, gliserol , larut dalam eter , cairan amonia

  Reaktivitas                          : Hidroskopis, menyerap karbondioksida

B.      Toksikokinetika

Mekanisme masuknya KOH kedalam tubuh manusia, diantaranya:

1.      Absorpsi
      Jalur pajanan yang dilewati oleh KOH yaitu, inhalasi, ingesti/oral, kulit, dan membran mukosa. KOH diabsorpsi dengan mudah dalam usus halus.
2.      Distribusi
3.      Metabolisme
4.      Ekskresi
      Sebanyak 80-90% KOH yang dimakan diekskresi melalui urin, selebihnya dikeluarkan melalui feses dan sedikit melalui keringat, cairan lambung dan ginjal.

C.      Toksikodinamik

v  Potensi Efek Kesehatan akut:

1.       Toksisitas oral

Hewan Percobaan   : LD50 Tikus

Dosis                             : 273 mg/kg (RTECS)

Tanda-tanda              : bila termakan, luka bakar hebat di mulut dan kerongkongan. Di samping itu, bisa mengakibatkan sakit perut (epigastrium) , muntah, diare, hematemesis, dan berlubangnya esofagus dan perut.

2.       Toksisitas inhalasi

Tanda-tanda keracunan adalah terbakar pada membran mukosa.  KOH dapat menyebabkan sesak nafas, sakit tenggorokan, edema paru, luka di hidung, pneumonitis, dan iritasi saluran pernafasan, yang ditandai dengan bersin dan batuk.

3.       Iritasi kulit

Hewan Percobaan   : Kelinci

KOH dapat mengakibatkan peradangan dan kulit dapat melepuh yang ditandai dengan gatal, scaling, memerah, atau kadang-kadang blistering.

4.       Iritasi mata

Hewan Percobaan   : Kelinci

Kontak mata bisa mengakibatkan penglihatan kabur, radang mata, kerusakan kornea atau kebutaan. Tanda-tanda radang mata adalah kemerahan dan gatal-gatal. Apabila tingkat keparahan yang tinggi dapat mengakibatkan rusaknya paru-paru, tersedak, pingsan atau kematian.

v  Potensi Efek Kesehatan kronis:
Mutagenik efek: mutagenik untuk sel somatik mamalia.
Substansi beracun untuk saluran pernapasan bagian atas, kulit, mata. Berulang atau lama terkena zat tersebut dapat menghasilkan target kerusakan organ. Paparan berkali-kali pada mata dapat menghasilkan iritasi mata. Paparan berulang pada kulit dapat menghasilkan lokal kerusakan kulit atau dermatitis. Inhalasi berulang dapat mengakibatkan iritasi pernafasan atau kerusakan paru-paru.

D.      Kegunaan di proses industri

Kalium Hidroksida, juga disebut potas api, adalah senyawa kimia dengan rumus KOH. Bahan dimurnikan adalah putih solid yang terdapat di alam dalam bentuk butir dan serpih.

1.   Pembuatan Garam

Menjadi sangat alkali, kalium hidroksida bereaksi dengan berbagai asam, dan reaksi asam-basa ini digunakan untuk produksi garam kalium.

2. Penetralisasi Asam

Sebagai alkali, kalium hidroksida digunakan untuk menetralkan keasaman dan menyesuaikan pH larutan. Dalam analisis kimia, zat tersebut sangat penting bagi titrasi asam untuk menentukan konsentrasi.

3. Produksi Sabun

Reaksi kalium hidroksida dengan minyak dan lemak di bawah kondisi dipanaskan disebut saponifikasi. Reaksi ini berguna untuk produksi sabun yang lebih lembut dan lebih mudah larut.

4. Baterai dan Sel Bahan Bakar

Larutan kalium hidroksida digunakan sebagai elektrolit dalam berbagai jenis baterai, termasuk alkaline, nikel-kadmium, dan mangan dioksida-seng baterai. Hal tersebut merupakan elektrolit dalam beberapa jenis bahan bakar sel. Laruttan kalium hidroksida adalah konduktor listrik yang lebih baik dibandingkan sodium hidroksida.

5. Penggunaan  Miscellaneous

Kalium hidroksida merupakan katalis dalam proses produksi biodiesel dari minyak dan lemak. Dalam pembuatan kertas, hal ini membantu lignin terpisah dari serat selulosa. Ini adalah sketsa dalam pengolahan basah semikonduktor dan agen pemutih untuk tekstil. Hal ini dapat digunakan untuk penyerapan karbon dioksida (CO2), sulfur trioksida (SO3), dan nitrogen trioksida (NO3) dalam aliran gas. Selain itu, digunakan untuk penyumbatan saluran air, menghilangkan bulu dari kulit hewan (melemahkan rambut manusia dalam persiapan untuk mencukur), mempercepat dekomposisi jaringan lunak (meleburjkan bangkai hewan). Kalium Hidroksida juga berperan dalam penghilang kutikula dalam manicure perawatan. Dalam industri makanan, dapat digunakan dalam pengolahan cokelat dan kakao, produksi warna karamel, pencucian dan menghilangkan zat kimia dari buah-buahan serta sayuran. Kalium hidroksida digunakan untuk mengidentifikasi beberapa jenis jamur . Sebuah larutan 3-5% dari KOH diterapkan pada daging jamur dan catatan peneliti apakah perubahan warna daging. spesies tertentu boletes , polypores , dan banyak jamur gilled diidentifikasi berdasarkan perubahan ini-reaksi warna.

Alat dan Bahan:
Alat:

  1. Neraca digital
  2. Erlenmeyer
  3. Gelas Ukur 50 ml
  4. Penangas air
  5. Pendingin tegak
  6. Buret
  7. Statif
  8. Gelas piala
Bahan:
  1. Contoh minyak
  2. KOH alkohol 0,1 N
  3. Aquades
  4. Indikator PP
  5. HCl 0,1 N
Cara Kerja:

  1. Ditimbang 2 g sampel minyak ke dalam erlenmeyer 500 ml.
  2. Ditambahkan 25 ml KOH alkohol 0,1 N.
  3. Larutan dipanaskan di atas penangas air dengan menggunakan pendingin tegak selama 30 menit.
  4. Larutan didinginkan, kemudian dititar dengan HCl 0,1 N dengan menggunakan indikator PP (a ml)
  5. Pengerjaan blanko dilakukan (b ml).
Pengamatan:

  • Bobot sampel             =  2,0214 g
  • Volume Titrasi            =  19,7 ml
  • Warna larutan sebelum penambahan indikator PP   =  tak berwarna
  • Warna larutan setelah penambahan indikator PP     =  merah
  • Warna larutan saat tercapai titik akhir                        =  tak berwarna
Perhitungan:
Bilangan penyabunan = ((b - a)ml * NHCl * 56,1)/ gram sampel
                                      = ((20,20 - 19,70) ml * 0,0924 N * 56,1)/ 2,0214 g
                                      = 1,2822 mg/g

Kesimpulan:
Dari hasil pengamatan, didapatkan bilangan penyabunan pada sampel minyak adalah 1,2822 mg/g.

Daftar Pustaka:
  • http://btagallery.blogspot.com/2010/02/blog-post_4540.html
  • http://alexschemistry.blogspot.com/2013/12/laporan-penentuan-angka-penyabunan.html
  • http://penetapankadarkalsiumcaco3didin.blogspot.com/2011/07/msds-kalium-hidroksida.html
                                                        
                                                                                                              Makassar, 2 September 2014
       Pembimbing                                                                                                  Praktikan,




                                                                                                                              REYNALDI